Kesetiaan pada Allah, Keluarga Berbuah

Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kejadian 17:7

 

Krisis relasi nampaknya semakin menjadi-jadi di tengah perkembangan zaman dan teknologi. Benar bahwa di satu sisi kemajuan teknologi informasi membuat arus komunikasi semakin cepat dan efisien. Namun, di sisi yang lain, kecepatan itu tidak menjamin kualitas manusia dalam membangun relasi. Apalagi, dunia kita terdiri dari berbagai generasi, maka krisis relasi menjadi tantangan nyata, baik dalam kehidupan keluarga maupun gereja masa kini. Yang jauh memang menjadi dekat, namun yang dekat malah menjadi jauh.

Tantangan yang dihadapi itu semestinya membuat kita menyadari betapa pentingnya nilai sebuah relasi. Kejadian 17:7 sesungguhnya menegaskan bahwa relasi adalah hal yang signifikan dalam sebuah perjanjian. Relasi antara Allah dan umatNya dalam sebuah perjanjian sesungguhnya terjadi karena Allah yang memiliki inisiatif untuk mengadakannya. Jadi, perjanjian itu semata-mata terjadi karena anugerah Allah, bukan karena pihak manusia. Di samping itu, perjanjian yang melibatkan dua belah pihak ini membutuhkan komitmen bersama. Dalam hal ini, komitmen Allah tak perlu manusia ragukan, namun bagaimana dengan manusia? Kesetiaan Allah tak perlu diragukan, Ia adalah Imanuel, Allah yang beserta kita, dalam berbagai situasi. Namun, dalam berbagai situasi, apakah manusia selalu memilih setia kepada Allah? Kerapkali kitalah yang mengingkari komitmen itu. 

Momen bulan keluarga ini menjadi momen yang tepat bagi kita untuk kembali menghidupi kesetiaan Allah dalam hidup kita sekaligus mengoreksi berbagai sikap yang telah mengingkari kesetiaan kita kepada Allah. Dengan menghidupi kesetiaan itulah, keluarga-keluarga sedang menghidupi anugerah Allah yang juga akan memampukan setiap anggotanya menghasilkan buah, yang akan nampak dalam kualitas relasi antar anggotanya. Dengan menghidupi kesetiaan itu pula, gereja yang terdiri dari keluarga-keluarga perjanjian, tak perlu kuatir menghadapi tantangan zaman dan keragaman generasi, sebab kesetiaanNya tak hanya berlaku bagi generasi yang telah lanjut, namun juga bagi generasi masa kini dan akan datang. 

Kesetiaan Allah tak pernah berhenti, terjadi bagi semua generasi.